Rabu, 20 Maret 2013

Membuat Karya Tulis Ilmiah = Bikin Guru Madrasah Galau?



Kalau kita mencermati  Permenpan No 16 tahun 2009, pasal 11 hurup c angka 2 dikatakan bahwa yang dimaksud publikasi ilmiah adalah a) publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan b) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru. Jadi apakah tulisan populer di koran bisa disebut publikasi ilmiah? Bisa! Hal ini bisa kita rujuk pada lampiran ke-1 angka 2 sub unsur melaksanakan publikasi ilmiah pada angka 2.2 hurup g: Membuat Artikel Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di media masa tingkat nasional dengan angka kredit 2 dan tingkat daerah/ provinsi dengan angka kredit 1,5.

Pertanyaannya kemudian, publikasi ilmiah sebenarnya identik dengan pertemuan ilmiah kan? Hal ini tentu akan menjadi tolak ukur yang nyata dalam ukuran keilmiahan karya tulis kita. Sayangnya angka kredit untuk pembicara pada sebuah seminar nilainya kecil sekali (0,2). Tetapi, kita bisa berasumsi: nilai tersebut hanya nilai bonus dari makalah kita. Sebab, makalahnya sendiri dinilai cukup besar, Bahkan penelitian yang diterbitkan di buku yang tersandar BSNP, nilainya setara dengan makalah yang cukup diseminarkan disekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah! Nilai angka kreditnya sama-sama 4!!!

Jadi jika kita berhitung bahwa ketentuan publikasi ilmiah untuk IIIb ke IIIc itu 4 poin angka kredit, maka cukup dipenuhi dengan mengadakan seminar tingkat sekolah dari penelitian kita sebagai guru, (hehehe mudah kan?). Jadi tidak perlu membayangkan seminar internasional atau nasional segala macam. Hahahah. Yang jadi masalah, hanya tinggal tanggung jawab moral. Nah ini dia… inilah yang membedakan guru dengan yang bukan. Ketika kita meminta pertanggungan jawab moral pada siswa pada hasil belajarnya, kenapa kita tidak mampu memintanya pada diri sendiri?


Kalau tidak bisa menulis karya tulis ilmiah? Jangan takut! Berdasarkan pasal 20, publikasi ilmiah ini bisa dilakukan secara bersama-sama rekan guru yang lain. Selain bisa mengirit biaya, cara ini juga efektif sebagai salah satu cara berbagi pengetahuan. Tetapi tentu saja menulis sendiri akan memberikan kebahagiaan tersendiri. Menulis itu sederhana sebanarnya, tulislah hal-hal yang dekat-dekat saja. Lihatlah masalah pendidikan di dalam madrasah kita sendiri, banyak masalah kan? MAKA… KAUM GURU MADRASAH… MULAILAH MENULIS!